Jumat, 30 Desember 2011

Aku dan Pikiran Dewasaku


Menjadi seorang mahasiswa memang susah-susah-gampang. Tugas dan tugas! seharusnya itu tak menjadi bebanku,tetapi aku terlanjur menganggapnya batu besar yang memberatkanku.

"Hm.. tak sepantasnya kamu mengeluh ditengah keberuntungan yang kau dapat kini. Tak banyak yang bisa sepertimu. Kamu tak seharusnya begini." pikiran dewasaku berkomentar.

Lewat celah pandangan yang berbeda "pikiran dewasaku" selalu muncul ketika aku mengeluh tentang sesuatu. Dia selalu ada dan memberikan fakta tentang aku dan kehidupanku-menjawab semua hal yang mungkin tidak bisa dipecahkan akal sehatku.Terkadang dia adalah  penasehat pribadi yang telah menyatu dalam diriku. Dia tidak dapat dilihat secara kasat mata namun dia selalu hadir ketika aku menghayalkannya.

"Kamu itu, enggak tahu diri! Orang tuanmu di rumah sudah berkorban banyak untukmu! sebagian gaji bapakmu telah ditransfer ke ATM-mu. Itu dia lakukan agar kamu bisa kuliah dengan baik di sini. Mereka rela tidak makan daging demi memenuhi lalapan yang kau beli sekarang. Kamu anak emasnya Juli, mengapa kamu menyerah dengan beban sekecil ini? beban orang tuamu lebih berat lho!"

Sejenak aku memikirkan kata-kata itu. Sayangnya, kata-kata itu tak berefek lama. Aku kembali mengeluh dan mengeluh. 

"Yang salah siapa? Tugas itu seharusnya sudah kau buat jauh-jauh hari.. Pantas saja kau merasa tugas-tugas itu berat"ucap pikiran dewasaku lagi sambil menatap malas padaku.  Dia nampak kesal dengan keluhan-keluhanku.

"Yang malas 'kan kamu, kok malah cari kambing hitam sih? Salah ya salah aja.. Enggak usah ngeluh ama kewajibanmu. Mengeluh akan membuat kewajibanmu tambah berat lho! "

Kupikir itu benar juga. Ini memang berawal dari kemalasanku dan kebiasaan menunda sesuatu.

"Jika dipikir-pikir, tugas-tugas yang diberikan disemester ini cukup asik dan sesuai bidang yang kamu sukai, jadi mengapa mengeluh? kamu seharusnya bisa mengembangkan diri dan menunjukkan kemampuanmu."

Hadeh.. okelah aku memang salah. aku menyadarinya sekarang. Pangkal masalah ada pada diriku. Seharusnya aku tak menyalahkan tugas yang menumpuk tetapi pada kemalasanku yang berakar. Maaafkan aku pikiran dewasa.

" Aku tak menyalahkanmu, aku hanya kesal dengan keluhanmu. aku lelah mendengar omelan-omelanmu. Tak sepantasnya kamu mencari kambing hitam dari kesalahanmu diri sendiri. mengapa kau selalu begitu?"

Aku tak dapat berkata apa-apa kalau kau telah berkata begitu pikiran dewasa. Aku terlanjur malu mendengar ceramahmu.

Akhirnya aku yang kalah. Aku tak pernah menang menghadapi pikiran dewasaku sendiri. . .
(bersambung...)

 Gambar ilustrasi: http://uniqpost.com/wp-content/uploads/2011/08/mahasiswa-wisuda11.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar