Minggu, 01 Januari 2012

JIWAKU DAN LIPSING


 
Lekuk tubuhnya, buramkan kejantanannya. Senyumnya, kalahkan manis sang hawa. Siapa mengira dialah wanita sesungguhnya. Namun apa daya, dia tetap terkurung dalam tubuh sang adam. “Tiada pernah ku menyesali lahirnya sang raga. Aku terlahir dengan teriakan pembebasanku. Kala itu hari ke 28, bulan ke sepuluh, tahun 1990. Semuanya bergembira dengan kedatanganku”.
Musik menggema , mengumandangkan sebuah lagu yang berjudul Lembayung Bali. Dentingan piano mengawali lagu ini. Syair pun mulai didendangkan, namun bukan Saras Dewi si empunya lagu yang hadir di panggung  malam itu. Samar-samar lelaki berbalut busana anggun dan glamor keluar dari belakang panggung. Dia menggerakkan bibirnya,seolah-olah sedang menyanyikan lagu tersebut. Tangan kirinya memegang sebuah mic, dan tangan kanannya berayun bebas mengekspresikan makna lagu yang ingin disampaikan.
Dia berlenggak-lenggok mengenakan High-hills setinggi enam inci; berjalan menyusuri panggung;menyapa para pendengarnya. Dia menggunakan wig berwarna pirang dan memakai make up yang agak tebal; sungguh cantik. Namun dia bukanlah wanita sesungguhnya. Dia adalah laki-laki muda yang mencari uang saku tambahan dengan bekerja sebagai penyanyi lipsing di beberapa acara.
Bernama lengkap, Mastina Surya Ade Martha, memang sosok yang mencintai seni terutama seni Lipsing. Dodok (nama akrabnya) lahir di Singaraja, 28 Oktober 2011. Ia masih berstatus mahasiswa aktif di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas, Ganesha. Sekarang ia tinggal di desa Baktisraga, gang Sri Amertha bersama dua teman sekelasnya.
Mastina adalah sosok yang berbeda ketika berada di panggung. Ketika pentas, sejenak ia melayang ke atas awang, bebas mengekspresikan dirinya. Pentas bak surga dunia baginya. Ia bagaikan tenggelam dalam sakau kenikmatan dan kepuasan bathin ketika mampu menyedot perhatian penonton dengan aksinya. “..yang penting semuanya terhibur..”katanya. Dia seperti memiliki dua jiwa dalam dirinya. Di atas pentas, dialah sosok primadona, di dunia nyata dialah sosok laki-laki pada umumnya. Seperti orang yang memiliki kepribadian ganda, ia benar-benar mampu memposisikan dirinya.
Berbicara mengenai seni, Mastina sudah tak asing lagi dengan hal itu. Seni adalah darah dagingnya. Dari kelas satu SD ia sudah diajari menari oleh kakeknya,Nang Padmi. Beliau merupakan  seorang seniman Arja. Jadi tidak heran, kalau Mastina juga memiliki bakat seperti itu, ibarat buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Namun dunia Lipsing baru ditekuninya. Itu pun dia belajar otodidak. Berbekal pengetahuan yang minim, dia berani merambah dunia seni ini.
Semua hal pasti memiliki resiko, begitu juga dengan profesinya ini. Tidak hanya pujian yang ia dapat ketika menjalani profesinya sebagai seorang penyanyi Lipsing, cibiran juga ikut terselip dalam riuh tepuk tangan penonton yang menontonnya. Sebagai  seorang adam yang berias layaknya sang hawa, membuatnya harus menanggung resiko untuk diolok-olok. Namun, hatinya tiada pernah goyah. “Aku melakukan ini untuk menghibur, mengapa harus merasa sedih dengan olok-olokan mereka?” ungkapnya.  Pernah sekali ia digoda oleh teman-temannya bahkan dosennya sendiri. Tapi hal itu tak pernah membuatnya gundah. Ketegarannya ini malah membuat ia banyak disukai dan kesederhanaannya membuat dia bisa diterima dalam lingkungannya. Rasa percaya diri yang sungguh luar biasa ditengah gempuran psikologis yang bertubi-tubi. Ada hal yang membuatnya kuat yaitu keluarga dan sahabatnya.
Keseharian dia adalah teman yang mengasyikkan ungkap salah seorang sahabatnya, Indah. ”Kami tidak mempermasalahkan profesinya, lagi pula hal itu tidak perlu dijadikan alasan untuk menjauhinya. Itu adalah sebuah profesi dan juga sebuah bakat. Karena bakat inilah dia mampu menambah uang jajannya. Selama profesi ini masih halal kenapa tidak?”tambahnya.
Sebelum merambah dunia Lipsing, Dodok sempat menggeluti dunia perjogedan. Di beberapa kesempatan seperti acara-acara yang diadakan HMJ PBSI ia sering ikut tampil menghibur penontonnya. Namun, dia akhirnya beralih ke Lipsing demi tuntutan jaman. “Walaupun honor penari joged lebih besar daripada Lipsing, akan tetapi aku lebih memilih Lipsing saja karena peminatnya lebih banyak.”ungkapnya via sms.

 
Namun aku berbeda, aku bukanlah orang yang biasa. Aku menyukai hal-hal yang bertolak belakang dengan kodratku. Mereka tak menyadari itu. Dan aku hanya bungkam. Tiada ingin kejujuran ini menyayat impian mereka. Relung ingin tetap bersembunyi dalam gelap malam yang kujalani. Biarlah kutanggung sendiri apa yang menjadi keyakinanku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar