Lekuk
tubuhnya, buramkan kejantanannya. Senyumnya, kalahkan manis sang hawa. Siapa
mengira dialah wanita sesungguhnya. Namun apa daya, dia tetap terkurung dalam
tubuh sang adam. “Tiada pernah ku menyesali lahirnya sang raga. Aku terlahir
dengan teriakan pembebasanku. Kala itu hari ke 28, bulan ke sepuluh, tahun
1990. Semuanya bergembira dengan kedatanganku”.
Musik menggema , mengumandangkan sebuah lagu yang
berjudul Lembayung Bali. Dentingan piano mengawali lagu ini. Syair pun mulai
didendangkan, namun bukan Saras Dewi si empunya lagu yang hadir di panggung malam itu. Samar-samar lelaki berbalut busana
anggun dan glamor keluar dari belakang panggung. Dia menggerakkan
bibirnya,seolah-olah sedang menyanyikan lagu tersebut. Tangan kirinya memegang
sebuah mic, dan tangan kanannya berayun
bebas mengekspresikan makna lagu yang ingin disampaikan.
Dia berlenggak-lenggok mengenakan High-hills setinggi enam inci; berjalan menyusuri panggung;menyapa
para pendengarnya. Dia menggunakan wig berwarna pirang dan memakai make up yang agak tebal; sungguh cantik.
Namun dia bukanlah wanita sesungguhnya. Dia adalah laki-laki muda yang mencari
uang saku tambahan dengan bekerja sebagai penyanyi lipsing di beberapa acara.
Bernama lengkap, Mastina Surya Ade Martha, memang sosok
yang mencintai seni terutama seni Lipsing.
Dodok (nama akrabnya) lahir di Singaraja, 28 Oktober 2011. Ia masih berstatus
mahasiswa aktif di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra, Fakultas Bahasa dan
Seni, Universitas, Ganesha. Sekarang ia tinggal di desa Baktisraga, gang Sri
Amertha bersama dua teman sekelasnya.
Mastina adalah sosok yang berbeda ketika berada di
panggung. Ketika pentas, sejenak ia melayang ke atas awang, bebas
mengekspresikan dirinya. Pentas bak surga dunia baginya. Ia bagaikan tenggelam
dalam sakau kenikmatan dan kepuasan bathin ketika mampu menyedot perhatian
penonton dengan aksinya. “..yang penting semuanya terhibur..”katanya. Dia
seperti memiliki dua jiwa dalam dirinya. Di atas pentas, dialah sosok primadona,
di dunia nyata dialah sosok laki-laki pada umumnya. Seperti orang yang memiliki
kepribadian ganda, ia benar-benar mampu memposisikan dirinya.
Berbicara mengenai seni, Mastina sudah tak asing lagi
dengan hal itu. Seni adalah darah dagingnya. Dari kelas satu SD ia sudah
diajari menari oleh kakeknya,Nang
Padmi. Beliau merupakan seorang seniman
Arja. Jadi tidak heran, kalau Mastina juga memiliki bakat seperti itu, ibarat
buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Namun dunia Lipsing baru ditekuninya. Itu pun dia belajar otodidak. Berbekal
pengetahuan yang minim, dia berani merambah dunia seni ini.
Semua hal pasti memiliki resiko, begitu juga dengan
profesinya ini. Tidak hanya pujian yang ia dapat ketika menjalani profesinya
sebagai seorang penyanyi Lipsing, cibiran
juga ikut terselip dalam riuh tepuk tangan penonton yang menontonnya.
Sebagai seorang adam yang berias
layaknya sang hawa, membuatnya harus menanggung resiko untuk diolok-olok.
Namun, hatinya tiada pernah goyah. “Aku melakukan ini untuk menghibur, mengapa
harus merasa sedih dengan olok-olokan mereka?” ungkapnya. Pernah sekali ia digoda oleh teman-temannya
bahkan dosennya sendiri. Tapi hal itu tak pernah membuatnya gundah.
Ketegarannya ini malah membuat ia banyak disukai dan kesederhanaannya membuat
dia bisa diterima dalam lingkungannya. Rasa percaya diri yang sungguh luar
biasa ditengah gempuran psikologis yang bertubi-tubi. Ada hal yang membuatnya
kuat yaitu keluarga dan sahabatnya.
Keseharian dia adalah teman yang mengasyikkan ungkap
salah seorang sahabatnya, Indah. ”Kami tidak mempermasalahkan profesinya, lagi
pula hal itu tidak perlu dijadikan alasan untuk menjauhinya. Itu adalah sebuah
profesi dan juga sebuah bakat. Karena bakat inilah dia mampu menambah uang
jajannya. Selama profesi ini masih halal kenapa tidak?”tambahnya.
Sebelum
merambah dunia Lipsing, Dodok sempat
menggeluti dunia perjogedan. Di beberapa kesempatan seperti acara-acara yang
diadakan HMJ PBSI ia sering ikut tampil menghibur penontonnya. Namun, dia
akhirnya beralih ke Lipsing demi
tuntutan jaman. “Walaupun honor penari joged lebih besar daripada Lipsing, akan tetapi aku lebih memilih Lipsing saja karena peminatnya lebih
banyak.”ungkapnya via sms.
Namun aku
berbeda, aku bukanlah orang yang biasa. Aku menyukai hal-hal yang bertolak
belakang dengan kodratku. Mereka tak menyadari itu. Dan aku hanya bungkam.
Tiada ingin kejujuran ini menyayat impian mereka. Relung ingin tetap
bersembunyi dalam gelap malam yang kujalani. Biarlah kutanggung sendiri apa
yang menjadi keyakinanku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar