Anda tentunya tahu, membaca sangat penting dalam dunia pendidikan. Apalagi jika anda diposisikan sebagai seorang pelajar. Pastinya, kegiatan membaca akan menjadi makanan sehari-hari bagi anda. Jika diibaratkan sebuah kebutuhan, membaca merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan lagi. Seperti kehausan dan kelaparan, anda membutuhkan secangkir pengetahuan dan semangkok ilmu untuk mengobatinya. Buku pun pada akhirnya menjadi pilihan yang tepat untuk itu. Tidak perlu bersusah payah pergi ke Paris hanya untuk melihat menara Eiffell, atau jauh-jauh pergi ke Mesir hanya untuk tahu bagaimana Piramid, cukup dengan membaca buku, anda dapat menjelajahi dunia. Selain menghemat uang, anda juga mendapatkan banyak wawasan dari kegiatan membaca ini. Aneh tetapi nyata, bukan? Anda tidak usah heran dengan hal itu. Tidak hanya buku, bahan bacaan yang lain juga layak untuk dijadikan teman pelepas dahaga ingin tahu. Walaupun pada hakikatnya sifat ingin tahu tersebut tidak bisa terpuaskan sepenuhnya, namun ilmu pengetahuan dapat mengimbangi hal tersebut. Presiden Amerika Serikat ke-3, Thomas Jefferson pernah berkata, ”I can’t live without books.” Seorang Presiden saja menganggap buku adalah kekasih yang selalu menemaninya, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah menganggap buku sebagai sahabat sejati?
Pendidikan merupakan senjata paling dahsyat yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia (Nelson Mandela, Presiden pertama Afrika Selatan ), sehingga jangan pernah menyepelekan hal tersebut. Seperti kata pepatah asing, ”Long Life Education” yang bermakna, menimba ilmu tidak mengenal usia ibarat Genitri yang dipegang oleh dewi Saraswati. Karena tanpa kita sadari, membaca merupakan proses belajar yang berlangsung secara berkesinambungan dan terus-menerus untuk mendidik kita menjadi manusia yang utuh. Sehingga dapat dikatakan bahwa membaca sangat berperan dalam proses mendidik.
Kebiasaan membaca bukanlah ketrampilan bawaan. Sehingga kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan dari sekarang. Jangan ditunda lagi, karena menunda merupakan satu dari penyakit yang paling umum dan mematikan. Lebih cepat lebih baik, kapan lagi bisa berinvestasi di kepala kalau tidak dari sekarang? Tidak ada ruginya, malahan banyak manfaatnya. Hanya dengan melihat dan memahami isi buku pengetahuan maupun pelajaran, membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan sedikit modal, tapi menuai banyak keuntungan. Anda juga tidak perlu pusing mencari buku-buku bacaan tersebut karena sekarang banyak tersedia di mana saja. Apalagi perpustakaan umum sudah banyak dibuka, anda bisa mencari buku-buku yang anda suka dan membacanya di sana. Dengan menanamkan kebiasaan membaca dari sekarang, kita akan lebih terlatih untuk berpikir kritis, sistematis, mencerdaskan intelektual, spiritual, emosional, dan kepercayaan diri yang berpadu dengan kerendahan hati. Membaca akan membuka peluang Anda untuk menyerap sebanyak mungkin ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Membaca akan menumbuhkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif, kritis, analitis dan imajinatif. Melalui membaca Anda akan membentuk kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan/informasi, memahami, mengimajinasikan, menerapkan dan mengekspresikan. Namun hal ini tidak akan terlaksana jika anda sendiri tidak mau memulainya. Ini masalah motivasi bukan yang lain. Tulisan ini tidak akan berguna jika dari dalam diri anda tidak ada minat untuk membaca.
Jika kita sekarang, tarik benang merah kearah minat baca siswa Indonesia, sungguh sangat miris rasanya. Mengapa? Berdasarkan hasil survei lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, United Nation Education Society and Cultural Organization (UNESCO), minat baca penduduk Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia. Hal ini tentu sangat disayangkan. Kita malah menyia-nyiakan kesempatan untuk tahu informasi lebih banyak dengan malas membaca. Siapa yang cerdik dan lebih banyak tahu, dia akan hidup lebih baik. Sebaliknya, orang yang malas dan tidak berilmu akan hidup terpuruk dalam kemiskinan. Anda mau seperti itu? Pastinya tidak, bukan? Minat baca yang rendah, membuat kita terbelenggu oleh bayang-bayang kebodohan. Seperti kata Tanto Wiyahya, presenter Who Wants to be a Millioner?,” Kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan”. Kemalasan membuat seseorang begitu lamban sehingga kemiskinan pun akan segera menyusul. Hal ini perlu kita renungkan.
Sering kita mendengar keluhan-keluhan para siswa seperti, membaca itu membosankan, membaca itu buang-buang waktu, membaca itu membuat sakit kepala dan masih banyak keluhan yang lainnya. Orang-orang yang mengatakan hal tersebut adalah orang yang pemalas (Lichterberg). Tampaknya, siswa jarang sekali mau membaca buku atas kesadaranya sendiri. Bahkan mereka hanya mempunyai buku pelajaran utama pada setiap mata pelajaran, tanpa dilengkapi dengan buku penunjang. Anda mungkin bisa bertanya kepada para siswa apakah mereka memiliki buku untuk setiap mata pelajaran yang diajarkan. Pasti akan ditemukan siswa yang tidak memiliki buku untuk mata pelajaran tertentu. Buku seolah menjadi barang terasing bagi mereka dan dianggap musuh yang harus dijauhi. Jika kita masih memelihara paradigma seperti itu, kapan kita mau maju? Kalau masih ada pemikiran, ada tugas barulah membaca buku, mau jadi apa para siswa-siswa Indonesia? Kita harus ingat, hidup itu persaingan! Hidup itu tidak santai! Ada pepatah mengatakan, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.Walaupun membaca itu nampak membosankan namun apabila kita mau tekun, kegiatan yang membosankan itu akan memberi manfaat yang luar biasa. Dalam hal ini, peranan para orang tua sangat dibutuhkan. Mereka harus lebih aktif menumbuhkan minat baca anaknya dengan membiasakan mereka untuk membeli,meminjam,dan membaca buku tersebut.
Membaca perlu dilakukan pelajar secara sadar. Mengapa? Karena tanpa kesadaran dari diri sendiri, kegiatan ini tidak akan memberikan hasil secara maksimal. Kegiatan ini membutuhkan dorongan dari dalam diri. Kita harus meyakinkan diri bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok kita. Pengembangan minat dan kemampuan membaca dapat dilakukan mulai dari sekarang. Para orang tua pun sebaiknya mendukung anak-anaknya agar mereka lebih semangat melakukan kegiatan tersebut.
Di bawah ini adalah penggalan sebuah puisi yang berjudul, ”Sikap”, cobalah Anda renungkan!
Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi
Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.
Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.
Akhirnya, seluruh pilihan terletak di tangan Anda, tidak ada jika atau tetapi. Andalah pengemudinya. Andalah yang menentukan jalan hidup Anda!
Pendidikan merupakan senjata paling dahsyat yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia (Nelson Mandela, Presiden pertama Afrika Selatan ), sehingga jangan pernah menyepelekan hal tersebut. Seperti kata pepatah asing, ”Long Life Education” yang bermakna, menimba ilmu tidak mengenal usia ibarat Genitri yang dipegang oleh dewi Saraswati. Karena tanpa kita sadari, membaca merupakan proses belajar yang berlangsung secara berkesinambungan dan terus-menerus untuk mendidik kita menjadi manusia yang utuh. Sehingga dapat dikatakan bahwa membaca sangat berperan dalam proses mendidik.
Kebiasaan membaca bukanlah ketrampilan bawaan. Sehingga kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan dari sekarang. Jangan ditunda lagi, karena menunda merupakan satu dari penyakit yang paling umum dan mematikan. Lebih cepat lebih baik, kapan lagi bisa berinvestasi di kepala kalau tidak dari sekarang? Tidak ada ruginya, malahan banyak manfaatnya. Hanya dengan melihat dan memahami isi buku pengetahuan maupun pelajaran, membaca bisa menjadi kegiatan sederhana yang membutuhkan sedikit modal, tapi menuai banyak keuntungan. Anda juga tidak perlu pusing mencari buku-buku bacaan tersebut karena sekarang banyak tersedia di mana saja. Apalagi perpustakaan umum sudah banyak dibuka, anda bisa mencari buku-buku yang anda suka dan membacanya di sana. Dengan menanamkan kebiasaan membaca dari sekarang, kita akan lebih terlatih untuk berpikir kritis, sistematis, mencerdaskan intelektual, spiritual, emosional, dan kepercayaan diri yang berpadu dengan kerendahan hati. Membaca akan membuka peluang Anda untuk menyerap sebanyak mungkin ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan. Membaca akan menumbuhkan kemampuan Anda untuk berpikir kreatif, kritis, analitis dan imajinatif. Melalui membaca Anda akan membentuk kemampuan berpikir lewat proses: menangkap gagasan/informasi, memahami, mengimajinasikan, menerapkan dan mengekspresikan. Namun hal ini tidak akan terlaksana jika anda sendiri tidak mau memulainya. Ini masalah motivasi bukan yang lain. Tulisan ini tidak akan berguna jika dari dalam diri anda tidak ada minat untuk membaca.
Jika kita sekarang, tarik benang merah kearah minat baca siswa Indonesia, sungguh sangat miris rasanya. Mengapa? Berdasarkan hasil survei lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, United Nation Education Society and Cultural Organization (UNESCO), minat baca penduduk Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia. Hal ini tentu sangat disayangkan. Kita malah menyia-nyiakan kesempatan untuk tahu informasi lebih banyak dengan malas membaca. Siapa yang cerdik dan lebih banyak tahu, dia akan hidup lebih baik. Sebaliknya, orang yang malas dan tidak berilmu akan hidup terpuruk dalam kemiskinan. Anda mau seperti itu? Pastinya tidak, bukan? Minat baca yang rendah, membuat kita terbelenggu oleh bayang-bayang kebodohan. Seperti kata Tanto Wiyahya, presenter Who Wants to be a Millioner?,” Kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan”. Kemalasan membuat seseorang begitu lamban sehingga kemiskinan pun akan segera menyusul. Hal ini perlu kita renungkan.
Sering kita mendengar keluhan-keluhan para siswa seperti, membaca itu membosankan, membaca itu buang-buang waktu, membaca itu membuat sakit kepala dan masih banyak keluhan yang lainnya. Orang-orang yang mengatakan hal tersebut adalah orang yang pemalas (Lichterberg). Tampaknya, siswa jarang sekali mau membaca buku atas kesadaranya sendiri. Bahkan mereka hanya mempunyai buku pelajaran utama pada setiap mata pelajaran, tanpa dilengkapi dengan buku penunjang. Anda mungkin bisa bertanya kepada para siswa apakah mereka memiliki buku untuk setiap mata pelajaran yang diajarkan. Pasti akan ditemukan siswa yang tidak memiliki buku untuk mata pelajaran tertentu. Buku seolah menjadi barang terasing bagi mereka dan dianggap musuh yang harus dijauhi. Jika kita masih memelihara paradigma seperti itu, kapan kita mau maju? Kalau masih ada pemikiran, ada tugas barulah membaca buku, mau jadi apa para siswa-siswa Indonesia? Kita harus ingat, hidup itu persaingan! Hidup itu tidak santai! Ada pepatah mengatakan, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.Walaupun membaca itu nampak membosankan namun apabila kita mau tekun, kegiatan yang membosankan itu akan memberi manfaat yang luar biasa. Dalam hal ini, peranan para orang tua sangat dibutuhkan. Mereka harus lebih aktif menumbuhkan minat baca anaknya dengan membiasakan mereka untuk membeli,meminjam,dan membaca buku tersebut.
Membaca perlu dilakukan pelajar secara sadar. Mengapa? Karena tanpa kesadaran dari diri sendiri, kegiatan ini tidak akan memberikan hasil secara maksimal. Kegiatan ini membutuhkan dorongan dari dalam diri. Kita harus meyakinkan diri bahwa membaca merupakan kebutuhan pokok kita. Pengembangan minat dan kemampuan membaca dapat dilakukan mulai dari sekarang. Para orang tua pun sebaiknya mendukung anak-anaknya agar mereka lebih semangat melakukan kegiatan tersebut.
Di bawah ini adalah penggalan sebuah puisi yang berjudul, ”Sikap”, cobalah Anda renungkan!
Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi
Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.
Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.
Akhirnya, seluruh pilihan terletak di tangan Anda, tidak ada jika atau tetapi. Andalah pengemudinya. Andalah yang menentukan jalan hidup Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar