(features)
Aku ada demi mereka yang dianggap takkan berguna bagi dunia. Kujadikan mereka permata ketika lumpur menutupi sinar lugu yang terpancar dari wajahnya.
“Iih.. anak itu aneh,lihat!” cibiran demi cibiran terlontar dari orang-orang yang menatap sinis kepada Gede Setiawan (5th). Dia adalah anak yang mengalami keterbelakangan mental yang berasal dari desa Celuk Buluh,Anturan Singaraja. Dia dipandang rendah seperti sampah yang tak berguna hanya karena berbeda. Selama setahun ia diperlakukan tidak baik oleh neneknya sendiri, Ni wayan Rinten. “Aduh.. apa gunanya dia dimasa depan” ungkapnya. Ketut Darning (56th) sang ibu hanya tersenyum simpul mendengarkan mertuanya berkata demikian. Perlakuan-pelakuan sang Nenek diakui Darning membuat Gede menjadi anak yang agresif, suka meludah sembarangan, suka menggigit dan susah diatur. Lama sang ibu, tertunduk dan diam melihat anaknya bertingkah demikian tetapi bukan berarti ia menyerah dengan keadaan. Dia mengambil pilihan untuk menyekolahkan anaknya di Yayasan Sjaki-Tari-Us.
Tiga tahun berlalu, Darmi mampu melebarkan senyumnya kembali karena banyak perubahan yang terjadi pada diri Gede. Dia telah mampu mengurus dirinya sendiri seperti makan sendiri, sekolah sendiri (tanpa ditunggui), selalu memberi salam, dan lainnya. Hal ini tentu menjadi kado istimewa bagi Darmi. “Ini juga berkat kerjasama kami dan orang tua Gede”kata pak Tedi(guru pengasuh Gede). Dia menjelaskan bahwa pelatihan yang diberikan berfokus pada kemandirian.
”Kami memfokuskan pada pelatihan kemandirian agar Gede bisa mengurus dirinya sendiri terlebih dahulu. Lalu mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta membiasakan Gede hidup sehat. Secara tidak langsung, ini juga akan membentuk karakternya” tambahnya sambil tersenyum memperhatikan anak-anak didiknya bermain di halaman.
Selain itu dia juga mengungkapkan bahwa pembentukan karakter yang dimaksudkan lebih menjurus pada penataan sikap anak-anak keterbelakangan mental yang memang terkesan liar dan tak terurus. Pelatihan-pelatihan yang dikemas dengan metode bermain, akan membuat mereka merasa nyaman dan terbiasa untuk melakukan apa yang boleh dan apa yang tidak.
Sama halnya dengan Darmi, pak Tedi juga ia ingin mematahkan ungkapan bahwa anak yang mengalami keterbelakangan mental itu adalah anak yang tidak berguna. Dia juga ingin membuktikan pada dunia, anak-anak ini adalah permata yang seharusnya diperlakukan layaknya permata bukan dipandang hina atau rendah. Mereka hanya membutuhkan perlakuan yang sama seperti anak biasa.(jj)
Terima kasih sudah berbagi tentang ini :)
BalasHapus