A.
TEKS
1.
Struktru
makro (thematic structure)
Struktru makro merupakan makna global sebuh
teks yang dapat dipahami melalui topiknya. Topik direpresentasikan ke dalam
suatu atau beberapa kalimat yang merupakan gagasan utama/ide pokok wacana.
Topik juga dikatakan sebagai “semantic
macrostructure” (van Dijk, 1985:69). Makrostruktur ini dikatakan sebagai
semantik karena ketika kita berbicara tentang topik atau tema dalam sebuah
teks, kita akan berhadapan dengan makna dan refrensi.
2.
Superstruktru
(superstructure)
Superstruktu merupakan struktru yang
digunakan untuk mendeskripsikan sehemata,
di mana keseluruhan topik atau isi glogal berita diselipkan. Superstruktru
ini mengorganisikan topik dengan cara menyusun kalimat atau unit-unit beritanya
berdasarkan urutan atau hiraki yang diinginkan. Sebagai contoh, headlini atau judul beritanya merupakan
salah satu unit dalam berita yang diletakan paling atas dan biasanya dicetak
lebih tebal dengan ukuran huruf tertentu bahkan dengan warna tertentu. Dari headlini, pembaca sudah tahu topik (yang
paling penting) yang dibicarakan berita tersebut. Van Dijk (1988:52) merupakan
sejumlah katagori skema berita atau bagian-bagian yang membangun skema sebuah
berita yaitu: (1) summary, yang
terdiri atas headline dan lead, (2) story yang meliputi: Episode,
yaitu peristiwa utama dan konteks serta latar belakangnya, Consequence, Verbal reaction dan comment, yang akan diuraikan lebih jelas sebagian berikut.
a.
Summary
Summary yang terdiri atas headline dan lead
merupakan “ ringkasan “ isi berita. Headline
mendefinisikan sebuiah sequece
tertentu didalam berita, di mana topik glogal diselipkan. Headline mudah dibedakan dengan kategori skema yang lain karena headline memang dibuat sedemikian rupa
dengan ukuran, ketebalan bahkan warna huruf yang berbeda.
b. Story
1) Episode:
peristiwa utama dan latar belakangnya
Katagori berita
selanjutnya adalah peristiwa utama atau main
events atau juga Contex. Contex
mengandung informasi utama sehubungan dengan topik, yaitu situasi aktual, dan
peristiwa konkret bukan situasi umum yang melingkupi sebuah topik. Berbeda
dengan contex, latar belakang atau background
mengandung informasi yang lebih komprehensif, meliputu budaya strutural dan
historis di mana main events terjadi.backgroud meliputi previous Events, yaitu peristiwa sebelumnya yang berhubungan
dengan topik, dan historiy, yaitu informasi-informasi “lalu” yang berhubungan
dengan topik.
2) Consequences
Katagori berikutnya
adalah consequences yang berfungsi
menunjukan koherensi atau hubungan sebab akibat terjadi peristiwa dalam berita.
Consequences bisa jadi memiliki
posisi yang sama dengan main events.
Bahkan bisa jadi lebih penting menjadi topik utama yang dapat muncul di dalam headline.
3) Verbal
Reaction
Verbal Reaction atau
reaksi verbal narasumber merupakan sebuah katagori skema berita yang bersifat
lebih khusus yang mungkin tampak sebagai consequense.
Peristiwa berita yang paling penting biasanya diikuti oleh reaksi verbal
partisipan/actor yang penting, seperti pemimpin politik yang hebat.
4) Comment
Kategori skema terakhir
adalah comment yang memuat komemtar,
opini dan evaluasi wartawan atau media bersangkutan. Meskipun setiao penulis
berita menyadari bahwa fakta dan opini tidak boleh tercampur di dalam berita, kategori
comment sering muncul dalam berita
(terkadang) secara tidak langsung.
3.
Struktur
Mikro
Struktur
mikro adalah struktur wacana itu sendiri yang terdiri atas beberapa elemen,
yaitu
1)
Elemen
sintaksis
Elemen sintaksis
merupakan salah satu elemen penting yang dimaanfaatkan untuk mengimplikasikan
ideologi. Dengan kata lain, melalui struktur sintaksis tertentu, pembaca dapat
menangkap maksud yang ada dibalik kalimat-kalimat dalam berita. Melalui
struktur sintaksis, wartawan dapat menggambarkan aktor atau peristiwa tertentu
secara negafit maupun posifit.
a. Koherensi
Koherensi adalah pertalian
atau jalinan antarakata, atau kalimat dalam teks, Dua buah kalimat yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren.
Proposisi “demontrasi mahasiswa” dan “nilai tukar rupian melemah” adalah dua
buah fakfa yang bernilai. Dua buah proposisi itu menjadi berhubung sebab-akibat
ketika ia dihubungkan dengan kata hubung “mengakibatkan” sehingga kalimatnya
menjadi “Demontrasi” mahasiswa mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Dua
buah kalimat itu menjadi tidak berhubungan ketika dipakai kata hubung “dan”.
Kalimatnya kemudian menjadi “Demonstrasi mahasiswa dan nilai tukar rupiah
melemah”. Dalam kalimat ini, antara fakta banyaknya demonstrasi dan nilia tukar
rupiah dipandang tidak saling berhubungan, kalimat satu tidak menjelaskan
kalimat lain atau menjadi penyebab kalimat lain.
b. Koherensi
Kondisional
Koherensi Kondisianal
diantaranya ditandai dengan pemakian anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada
dua kalimat,di mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari
proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung konjungsi, seperti
“yang” atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya hanya sebagai penjelas (anak
kalimat), sehingga ada atau tidak anak kalimat itu,tidak akan mengurangi arti
kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingam komunikator karena ia
dapat memberi keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pertanyaan. Seperti
dalam sebuah kalimat “PSSI, yang selalu kalah dalam pertandingan internasional.
Tidak jadi dikirim ke Asian Games”. Arti kalimat tersebut tidak akan berubah
jika seandainya diubah menjadi “PSSI tidak jadi dikirim ke Asean Games”. Anak
kalimat “yang selalu kalah dalam pertandingan” selain menjadi penjelas juga
bermakna ejekan terhadap PSSI.
c. Koherensi
pembeda
Jika koherensi
kondisional berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa
dihubungkan/dijelaskan. Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan,
bagaimana dua buah peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Seperti mengenai
kebebasan pers di ers Gus Dur, pada era Gus Dur kebebasan pers dijamin, namun
terjadi peristiwa penduduk banser terhadap harian jawa post hingga menyebabkan
koran tersebut tidak bisa terbit. Dua buah peristiwa itu terpisah, tidak
berhubungan, juga tidk menyulut peristiwa lain. Akan tetapi, kedua masalah
tersebut bisa dibuat berhubungan dengan cara membuat satu peristiwa sebagai
kebalikan/kontras dari peristiwa lain. Dalam contoh kasus tersebut, bisa saja
dikatakan alangkah berbedanya masa pemerintahan Habibie dan Gus Dur, atau
pemerintah Habibie lebih baik dari pada pemerintah Gus Dur.
d. Pengingkaran
Elemen wacana
pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagai mana
wartawan menyembunyikan apa yang anggin diekpresikan secara amplisit.
Penginakaran ini menunjukkan seolah wartawan menyetujuin sesuatu, pahal ia
tidak setuju dengan memberikan argumentasia atau fakta yang menyangkal
persetujuannya tersebut.
e. Bentuk
kalimat
Bentuk kalimat adalah
segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip
kausalitas. Di mana ia menyatakan apakah A yang menjelaskan B, atau B yang
menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diperjemahkan ke dalam bahasa menjadi
susunan objek (diterangkan) dan predikat (menerangkan). Bentuk lain adalah
dengan pemakian urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Pertam,
menekankan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakian kata atau frase
yang mencolok dengan menggunakan pemakian semantik. Yang juga penting dalam
sintaksis selain bentuk kalimat adalah posisi proposisi dalam kalimat. Bagaiman
proposisi-proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat. Termasuk ke dalam
bagian bentuk kalimat ini adalah apakah berita itu memakai bentuk deduktif atau
indukfit. Dedukfit adalah bentuk penulisan kalimat dimana inti kalimat (umum)
ditempatkan di bagian mukak, kemudian disusul dengan keterangan tambahan
(khusus). Sebaliknya, bentuk induktif adalah bentuk penulisan di mana inti
kilimat ditempatkan di akhir setelah keterangan tambahan.
f. Kata
Ganti
Elemen kata ganti
merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas
imanjinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk
menujukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya,
seseoarang dapat menggunakan “kami” atau “saya” yang menggambarkan bahwa sikap
tersebut merupakan sikap resmi komunikator. Namun, ketika menggunakan kata
ganti “kita”, sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam
suatu komunitas tersebut. pemakian kata ganti yang jamak seperti “kita” (atau
“kami”) mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi, perhatian, yang
pada dasarnya merupakan upaya merangkul dan menghilangkan oposisi yang ada.
Pemakian kata ganti “kita” menciptakan komunitas antara wartawan dan para
pembaca.
2)
Elemen
Semantik (makna lokal)
Elemen
semantik ini sangat erat hubunganya dengan elemen leksikon dan sintaksis sebab
penggunaan leksikon dan struktur sintaksis tertentu dalam berita dapat
memunculkan makna tertentu. Berikut ini adalah unsur-unsur wacana yang
tergolong ke dalam elemen semantik.
1. Latar
Latar merupakan bagian
berita yang dapat mengpengaruhi semantik (arti) yang inggin ditampilkan. Latar
dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks (Eriyanto,
2006.235). oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena
dapat membongkar apa maksud yang inggin disampaikan oleh wartawan. Latar
peristiwa itu dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks dibawah.
2. Detil
Elemen wacana detil
berhunungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (Eriyanto,
2006: 238). Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan
secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang
lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut
kelemahan atau kegagalan komunikator.
3. Maksud
Elemen wacana maksud
hampir sama dengan detil, hanya saja elemen maksud meliat informasi yang
menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas.
Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit,
dan tersembunyi.
4. Pranggapan
Elemen wacana pranggapan merupakan
pertanyaan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pranggapan adalah
upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.
Pranggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidk
perlu dipertanyakan. Seperti dalam suatu domonstrasi mahasiswa. Seseorang yang
setuju dengan gerakan mahasiswa akan memakai praanggapan berupa pernyataan
“perjuangan mahasiswa menyuarakan hati nurani rakyat”. Pernyataan ini merupakan suatu premis dasar yang akan
menentukan proposisi dukunganya terhadap gerakan mahasiswa pada kalimat
berikutnya.
3)
Elemen leksikon
Elemen leksikom
menyangkut pemilihan diksi. Pemilihan diksi telah diketahui dapat
mengeskspresikan idiologi maupun persuai, sebagaimana yang terjadi pada
“terrorist” dan “freedomfighter”. Bagaimana aktor yang sama digambarkan dengan
dua diksi yang berbeda berimplikasi pada pemahaman pembaca tenteng aktor
tersebut.
4)
Elemen
Retorik
Elemen ritorik
menyangkut penggunaan repetisi, alitersi, metafora yang dapat berfungsi sebagai
“idiologi control” manakalah sebuah informasi yang kurang baik tentang aktor
tertentu dibuat kurang mencolok sementara informasi tentang aktor lain
ditekankan. Dengan kata lain, retorik ini digunakan untuk memberi penekanan
posifit atau negatif terhadap aktor atau peristiwa dalam berita.
a. Grafis
Elemem ini merupakan
bagian untuk memberikan apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti
dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam berita
elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat berbeda
dibandingkan tulisan lain, seperti pemakian huruf tebal, huruf miring, garis
bawah, huruf dengan ukuran lebih besar,termasuk pemakian caption, raster,
grafik, gambar, foto dan tabel untuk mendukung pesan. Pemakian angka-angka
dalam berita diantaranyadigunakan untuk menyugestikan kebenaran, ketelitian,
dan posisi dara suatu laporan. Pemakian jumlah, ukuran statistik menurut Van
Dijk (dalam Eriyanto, 2006:258) bukan semata bagian dari standar jurnalistik,
melainkan juga menyugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks.
b. Metafora
Dalam suatu wacana,
seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga
kiasan,ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagian ornamen atau bumbuu dari
suatu berita. Akan tetapi, pemakian metafora tertentu bisa jadi pakian oleh
wartawan secara strategi sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas
pendapat tertentu kepada publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa,
pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci dipakai
untuk memperkuat pesan utama.
B. KOGNISI SOSIAL
Kognisi sosial dan produksi berita
Dalam pandangan van dijk, kognisi sosial terutama
dihubungkan dengan proses produksi berita. Wacana berita di sini tidak hanya
dipahami dalam pengertian sejumlah struktur tetapi juga bagian dari proses
komunikasi yang kompleks. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah
dengan meneliti proses terbentuknya teks. Analisis wacana tidak dibatasi hanya
pada struktur teks, karena struktur wacana itui sendiri menujukkan atau
menandakan sejumlah makna, pendapat, dan idiologi. Pendekatan kognifit
didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu
diberikan oleh pemakian bahasa atau lebih tepatnya proses kesadaran mental
pemakian bahasa.
C. KONTEKS
Analisis Sosial
Dimensi ketiga analisis wacana van dijk adalah analisis sosial.
Wacana adalah bagianwacana yang berkembang dalam masyarakat, sehungga untuk
mineliti teks, perludilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana
wacana tentang suatu hal diproduksi dalam masyarakat. Titik penting dalam
analisis ini adalah untuk menujukkan bagaimana makna yang dihayati bersama,
kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik didkrusus dan legitimasi.
1. Praktik
kekuasaan
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai
kepemilikan yang dimiliki oloeh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok
untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini
umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti
uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan
fisik, kekuasaan juga berbentuk persuasif.
2. Akses
mempengaruhi wacana
Analisis
wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di
antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses
yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena
itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk
mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi
kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga
menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan
kepada khalayak.